OPINI – Menurut Edward W. Said, “Siapa saja yang mengajar, menulis, atau meneliti tentang ketimuran bisa disebut orientalis, dan semua ini mencakup apakah orang itu seorang antropolog, sosiolog, sejarawan, atau ahli bahasa; atau apakah yang dikaji merupakan aspek-aspek spesifik atau umum. Semua itu digolongkan sebagai orientalis, dan apa yang ia lakukan disebut dengan orientalisme”. Lebih jauh Said menyatakan, “Orientalisme merupakan upaya Barat untuk mendominasi, menstruktur kembali, dan menguasai Timur.
Adapun motif munculnya orientalits ialah sebagai berikut, Pertama, motif keagamaan yakni Islam datang dengan asumsi bahwa menyempurnakan millah sebelumnya, kemudian agama Kristen merasa tertantangnya terhadap doktrin tersebut.
Ditambahkan pengaruh agama Islam mempengaruhi penelitian yaitu menjinakkan penelitian metafisika Yahudi, akan tetapi orientalis membuat misi keislaman agar umat muslim beralih ke Kristen ataupun membuat umat muslim tidak terlalu bangga atas agamanya. Lalu orientalis menyebarkan dan membanggakan intelektualnya yaitu teori hermeneutika, hingga kini menjadi perbincangan yang masih hangat.
Kedua, motif keilmuan yakni perkembangan umat muslim dalam ilmu pengetahuan membuat bangsa Yahudi merasa ketinggalan, sehingga misi orientalis untuk menterjemahkan kitab-kitab dan karya ketimuran.
Ketiga, motif perekonomian yakni orientalis memandang bahwa keilmuannya telah matang dan memadai, tetapi membutuhkan pasar ataupun daerah jajahan. Kemudian orientalis memandang timur sebagai objek dari misi kehadirannya.
Keempat, motif perpolitikan yakni perkembangan umat muslim dari berbagai bidang seperti al-Qur’an, hadis, hukum, sejarah dan pemerintahan merupakan upaya dalam kemajuan peradaban Islam, berbeda halnya dari orientalis yang membuatnya merasa terpuruk dan menjadi ancaman dalam kelangsungan kehidupannya.
Nah, oleh karena itu sekarang bagaimana cara kita menjaga agama kita dari kejelekan dan kesesatan orientalist itu?
Dilansir dari youtube al – Bahjah Buya Yahya yaitu dengan cara berhati – hati dengan ustad – ustad yang belum jelas sanad keilmuannya, yang akhlaknya baik, memahami aqidah yang 50, dan mencari guru yang jelas aqidahnya ahlusunnah wal jama’ah, lebih pandai menimbang bagaimana ajaran yang baik dan benar, menjauhi ajar ajaran serta pendapat – pendapat orientalist yang kontroversi dan yang tidak masuk akal.
Kemudian, berikut beberapa nama sarjana orientalist yang kontroversi pendapatnya, Abdul Masih al – Kindi yang mengatakan bagi siapa yang percaya kepada al Qur’an itu dari Allah SWT adalah orang yang tolol, dengan alasan bahwa al Qur’an adalah karangan Muhammad bukan dari Allah.
Joseph Schacht dalam The Origins of Muhammadan Jurisprudence, berpendapat bahwa bagian terbesar dari sanad hadis adalah palsu.
Nabi Muhammad dipandang sebagai paganis, penganut Kristen dan Yahudi yang murtad yang akan menghancurkan ajaran Kristen dan Yahudi, intelektual pintar yang memiliki imajinasi yang kuat dan pembohong, serta seorang tukang sihir yang berpenyakit ayan.
Pandangan ini dikemukakan antara lain oleh D’Herbelot, Dante Alig-hieri, Washington Irving, Hamilton Gibb, Goldziher, dan Joseph Schach.
Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan pada penelitian ini yaitu, mengenai kajian Orientalis yang semakin gencar, diharapkannya kehati-hatian dan pemikiran yang jernih terhadap Islam dan al-Qur’an serta tetap berpegang teguh kepada keimanan.
Diharapkannya untuk umat Muslim sendiri lebih banyak mengkaji literatur mengenai al-Qur’an agar tidak ikut terkontaminasi terhadap pikiran Orientalis. Karena seperti yang sudah diketahui, bahwa tujuan serta misi Orientalis sendiri adalah untuk menghancurkan Islam dan membuat umat Muslim ikut serta meragukan keorisinalan al-Qur’an sebagai kalam Ilahi.
Harapannya bagi peneliti selanjutnya, jika ingin mengkaji atau membantah argumentasi Orientalis dari sudut yang lain, maka lebih baik mencantumkan literarur yang benar-benar ilmiah agar bantahan tersebut juga bisa dipertanggung jawabkan.