Oleh: Retno Putri Ramadhani Ilmu Politik Universitas Jambi
Berikut Tiga dampak perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia. Pertama, Kenaikan Harga Komoditas Energi, yang mana rusia menjadi salah satu negara produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia, produsen batu bara terbesar ketiga di dunia, produsen Liquefied Natural Gas (LNG) atau gas alam cair terbesar ketujuh di dunia. Namun, kini Rusia sedang mendisrupsi sementara rantai pasok energi dunia.
Kenaikan harga paling tinggi pada komoditas energi, terjadi pada harga minyak terhitung mencapai USD100 per barelnya, dari sebelumnya sekitar USD60-65. Hal itu pun memicu kenaikan harga pada komoditas lain, seperti nikel dan Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit.
Kedua, Kenaikan Harga Komoditas Pangan. Rusia menjadi salah satu produsen gandum terbesar nomor satu di dunia, oleh karena itu Indonesia sangat terdampak, sebab masyarakat Indonesia gemar memakan mie berbahan gandum. Namun sayang, produksi gandum dalam negeri belum memenuhi kebutuhan, sehingga Indonesia perlu mengimpor gandum dari Rusia.
Rantai distribusi pangan, mekanisme harga, transparansi pasar, tingkat dependensi global di sektor perdagangan, serta pasokan dan pengembangan teknologi pertanian pun perlu dicermati.
Ketiga, Inflasi yang mana Dampak langsung dari terjadinya inflasi adalah melemahnya nominal rupiah. Sebagai salah satu upaya menahan kenaikan inflasi, bank sentral di berbagai negara terpaksa menaikkan suku bunga acuan agar tingkat harga dapat lebih terkendali. Hal tersebut pun terjadi pada Bank of England (BoE), yang telah menaikkan suku bunga acuannya secara agresif sebanyak tiga kali sejak desember 2021.
Perekonomian Indonesia pun terancam stagflasi, yakni suatu kondisi ketika tingkat pertumbuhan ekonomi melambat, namun tingkat pengangguran dan inflasi meninggi secara bersamaan. Fenomena tersebut tidak wajar dan kontras terhadap resesi.
Indonesia perlu waspada terhadap segala bentuk perubahan global yang terjadi akibat struktur keamanan regional yang berubah karena benturan kepentingan antar negara, serta perebutan akses energi. Sebab, dampak-dampak yang sudah terasa ini belum diketahui kapan berakhirnya. (*)