BATANGHARI – Dikabarkan pengurus Pamsimas Dusun Tanjung Pasir, Desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi mengabaikan kerusakan mesin pompa, sehingga Pamsimas tersebut tidak berfungsi selama kurun waktu lebih dari satu tahun.
Hal tersebut mengakibatkan puluhan warga di RT 14 dan RT 15 mengeluh tidak mendapatkan air bersih.
Namun pemberitaan miring itu dibantah oleh M. Syaukani selaku Ketua pengurus Pamsimas Dusun Tanjung Pasir, saat dijumpai dikediamannya Jum’at (20/4/2024) ia mengatakan mesin pompa yang rusak sudah lama di pesan di salah satu toko di Kota Jambi. Akan tetapi sikarenakan stok barangnya sedang kosong maka pihaknya harus rela menunggu lama.
“Mesin pompa itu sudah kami pesan, Bang. Kami nginden di salah satu toko di Kota Jambi,” Ujar M. Syaukani.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kondisi saat itu pun tidak memungkinkan untuk melakukan perbaikan, megingat wilayah Dusun Tanjung Pasir sedang dilanda banjir yang mengenangi jalur pipa Pamsimas tersebut.
“Kalau pun ada mesin pompa tersebut, kami juga belum dapat melakukan perbaikannya. Ada banyak pipa-pipa sambungan ke rumah warga yang pecah dan kondisinya terendam banjir,” Bang. Paparnya.
M. Syaukani menceritakan bahwa ia sempat di panggil oleh Kepala Desa Rambutan Masam ke Kantor Desa pada bulan Ramadhan kemarin, menanyakan hal kerusakan mesin pompa tersebut. Ia berjanji kepada Kepala Desa akan segera memperbaiki kerusakan mesin tersebut seusai lebaran.
Kini pihaknya telah melakukan perbaikan terhadap mesin pompa tersebut serta jalur pipa yang pecah dan rusak. Alhasil air bersih pun sudah dapat mengalir kembali ke seluruh rumah warga,
“Alhamdulillah saat ini mesinnya sudah diperbaiki dan airnya sudah mengalir kembali, Bang,” Ucap pria yang juga merupakan Kepala Dusun ini.
Ia sempat merasa kecewa terhadap kelompok yang memberitakan beberapa waktu lalu bahwa pihaknya sama sekali tidak peduli terhadap kerusakan pompa mesin Pamsimas selama ini, dan ia menganggap bahwa kelompok ini sudah memprovokasi warga sehingga warga merasa dirugikan akibat kesulitan mendapatkan air bersih. Padahal selama ini pihaknya sama sekali tidak pernah memberatkan warga dengan menaikkan biaya operasional.
“Sejak awal biaya yang kami bebankan kepada warga hanya Rp. 3.000,- per kubikasinya, bahkan ada beberapa warga yang sampai saat ini masih menunggak pembayarannya. Tapi kami masih maklumkan ndengan kondisi ekonomi yang sedang sulit saat ini,” Pungkasnya.