TANJABBAR – Beberapa orang sopir angkutan batubara dari Kabupaten Tebo menuju dermaga bongkar di Tungkal Ulu mengeluhkan adanya pungutan liar di jalan Lintas Timur, di Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Sopir berharap melalui surat kabar dapat menyampaikan keluhannya kepada Aparat Penegak Hukum ( APH ) karena sudah sekian lama mereka terganggu oleh Pungli yang tidak kunjung di tindak.
Sopir inisial S dan D mengatakan, “Kami minta tolong nian bang, saro nian kami sudah dipungut setiap hari, dengan nominal Rp. 30.000/mobil, setiap kali kami lewat. Itu satu sopir yang mereka pinta” keluhnya ke awak media Via WhatsApp. Pada Sabtu (21/9/2024)
Menurut sopir ini, ada beberapa pos pungutan di wilayah Tanjung Jabung Barat, masing-masing pos ini para sopir sekali lewat wajib membayar Rp. 30.000 dan di wajib kan setiap mobil angkutan batubara.
“Rp. 30.000 itu satu tempat (pos-red), ini ada sekitar lebih kurang empat tempat. Belum lagi hal-hal yang lain, kalau kami bocor Ban, terpaksa kami diam ditempat dengan perut yang keroncongan tanpa makan” imbuhnya
“Karena uang makan kami habis dibayarkan kepada mereka yang melanggar Hukum yang termasuk dalam pasal 368 ayat 1, sudah jelas itu ada Pidananya, kenapa oknum dari Hukum tidak menindak hal seperti itu” tambah si-sopir.
Lebih lanjut sopir angkutan batubara dari kabupaten Tebo ini bingung terhadap kepolisian, hingga dirinya berpikir, ada apa dengan kepolisian sehingga pungutan tersebut masih belum di tindak.
“Apakah mereka ada kolaborasi untuk melakukan Pungli dijalan. Kalau kami sebagai sopir ini, kami untuk mencari kehidupan untuk anak istri kami, jajan untuk anak sekolah, itu rutin setiap hari kami penuhi, belum lagi kebutuhan rumah tangga lainnya” katanya
Kami sebagai Sopir saat ini, sebagian ada yang bontot nasi dari rumah sendiri, karena kami memenuhi pembayaran Pungli di jalan lintas timur, sekali lagi kami mohon tolong hal ini Abang laporkan kepada yang berwajib bang, katanya.
Lanjutnya, kalau mereka Proposional langsung saja sama bos kami, jadi kami tidak merasa terusik, kalau kami ini cuma sebagai sopir biasa, beraktitas untuk kebutuhan hidup anak istri kami, ujarnya.
Penulis: Jangcik
Editor: Wapimred