Kepergok Maling Sawit, Pelaku Bacok Pemilik Kebun di Tanjung Putra Wabup Bakhtiar Hadiri Rapat Paripurna DPRD Penyampaian Rekomendasi LKPJ 2023 Geger! Warga Batanghari Temukan Mayat Mengapung di Sungai Dunia Bakal Alami Gerhana Matahari Total, Ini Prediksi Jadwalnya di Indonesia Calon Bupati Atau Wakil Bupati Tanjab Barat, Bang Badi Diprediksi Unggul Di Pilkada

Home / Berita

Senin, 10 Oktober 2022 - 11:09 WIB

Terjadinya Konflik Antara Dua Negara Yang Mengakibatkan Menurunnya Produksi Minyak Dunia

Penulis: Naufal Asyirof, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas JambiĀ 

OPINI — Hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara eksportir minyak dan sekutunya yang tergabung dalam OPEC+ memanas. Pasalnya, di tengah ancaman krisis energi global, kartel tersebut justru mengumumkan pengurangan pasokan terbesarnya sejak 2020. Kelompok itu pun mengecam apa yang digambarkan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden sebagai keputusan yang “berpandangan sempit”.Namun, keputusan tersebut tampaknya akan berbuntut panjang dan mengancam hubungan AS dengan negara-negara OPEC+ lebih lanjut.

Bahkan, analis energi percaya hal itu bisa menjadi ‘pintu masuk’ bagi AS untuk mencopba mengendalikan pengaruh OPEC+. Adapun, Presiden AS Joe Biden telah mengisyaratkan Kongres akan segera berusaha untuk mengendalikan pengaruh kelompok itu.Negeri Paman Sam telah berkali-kali meminta agar produksi minyak digenjot untuk mengatasi krisis energi dan menurunkan harganya di hilir. Selain itu, Biden juga berkepentingan untuk menjaga harga bahan bakar jelang pemilihan paruh waktu pada bulan depan. Dalam sebuahr pernyataan, Gedung Putih mengatakan Biden kecewa dengan keputusan ‘picik’ OPEC+ untuk memangkas kuota produksi, sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari serangan Putin ke Ukraina. Gedung Putih menambahkan bahwa Biden telah mengarahkan Departemen Energi untuk melepaskan 10 juta barel lagi dari cadangan minyak strategis bulan depan.

BACA JUGA  Dampak Perang Rusia dan Ukraina Terhadap Pertahanan di Indonesia

Perlu diketahui, RUU No Oil Producing and Exporting Cartels (NOPEC) dirancang untuk melindungi konsumen dan bisnis AS dari lonjakan harga minyak.RUU itu dapat mengekspos negara-negara OPEC dan mitranya ke tuntutan hukum karena mengatur pengurangan pasokan yang menaikkan harga minyak mentah global. Agar berlaku, RUU itu perlu disahkan oleh Senat dan DPR penuh, sebelum ditandatangani menjadi undang-undang oleh presiden. Para menteri OPEC terkemuka sebelumnya telah mengkritik RUU NOPEC, memperingatkan undang-undang AS akan membawa kekacauan yang lebih besar ke pasar energi. Berbicara pada konferensi pers di Wina pada hari Rabu, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan akan terus membuktikan bahwa OPEC+ ada sebagai kekuatan moderat untuk mewujudkan stabilitas. Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais juga membela keputusan kelompok itu untuk memberlakukan pengurangan produksi yang dalam, dengan mengatakan aliansi itu berusaha untuk memberikan keamanan dan stabilitas ke pasar energi.

BACA JUGA  Bupati Bersama Kapolres Tanjab Barat Safari Ramadhan Di Batang Asam Desa Kampung Baru

Analis energi mengatakan dampak sebenarnya dari pengurangan pasokan dari OPEC+ untuk November kemungkinan akan terbatas, dengan pengurangan sepihak oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan Kuwait.

Terlebih lagi, para analis mengatakan saat ini sulit bagi OPEC+ untuk membentuk pandangan lebih dari satu atau dua bulan ke depan karena pasar energi menghadapi ketidak pastian lebih banyak sanksi Eropa.

“Orang-orang Saudi mengatakan bahwa ini adalah keputusan yang didorong oleh pasar, bahwa mereka memperkirakan permintaan akan turun selama musim dingin

BACA JUGA  Emak-emak di Marosebo Ulu Nyatakan Dukungan Untuk Irwanto Caleg DPRD Batanghari

“Saya tidak dapat melihat bagaimana pemotongan volume ini tidak lebih dari sebuah pernyataan politik,” tutur Michael Stephens dari Royal United Services Institute di London.”Dan bahkan jika itu didasarkan pada alasan teknis dan murni penawaran dan permintaan, bukan itu yang ditafsirkan oleh AS,” katanya.

Dia menambahkan jika Saudi berkoordinasi dengan Rusia mengenai harga minyak, itu akan dipandang sebagai dukungan terbuka untuk Rusia.

Herman Wang, redaktur pelaksana berita OPEC dan Timur Tengah di S&P Global Platts, mengatakan kepada CNBC bahwa OPEC+ memberlakukan pengurangan produksi yang dalam dengan pandangan yang lebih panjang untuk membawa mereka melalui potensi resesi ekonomi global.

“Tapi itu datang pada waktu politik yang tidak pasti bagi AS, yang menuju ke pemilihan paruh waktu, dan hal terakhir yang ingin dilihat Gedung Putih adalah lonjakan harga bensin,” kata Wang. (*)

Share :

Baca Juga

Berita

Camat Muara Papalik Fauzan Tanggapi Kritikan, Kami Coba Bantu Kelancaran Pembangunan Dari Pemerintah Untuk Masyarakat

Berita

Dua Kepala Desa Datangi Kantor Polsek Soal Tapal Batas Desa, Yogi Ungkap Lahan Saudarinya Di Serobot

Berita

Gudang Minyak Ilegal di Bongkar Tim Gabungan Polresta Jambi, TNI, Denpom dan Pemkot

Batanghari

Kapolres Batanghari Sebut Belum Menerima Laporan Tentang Penyerobotan Kebun Karet Oleh PT. KSJ.

Berita

Himbau masyarakat! Danramil Dan Kapolsek Tungkal Ulu Dikabarkan Lakukan Ini.

Berita

Warga Desa Suban Tangkap Buaya Darat.

Berita

Ratusan Pelajar SMAN 7 Batanghari Bagikan Bendera Merah Putih Gratis

Batanghari

Sah !! Serah Terima Jabatan Kepala Desa Mekar Sari Berjalan Sukses.